Persamaan penentuan 1 Ramadan (awal puasa) setiap tahun selalu sama.
Namun ketika menetapkan perayaan lebaran 1 Idul Fitri selalu berbeda dan
banyak konflik pelik di masyarakat. Padahal jika umat Islam sadar
dengan penuh, seluruh peradaban Islam itu berasal dari kota suci, yakni
Madinah dan Makkah di Arab Saudi.
Bahkan sejak zaman nabi Muhammad
hingga sekarang, di dua kota itu tidak pernah keliru menentukan
pelaksanaan 1 Ramadan dan 1 Syawal. Mengapa justru di Indonesia sering
terjadi perbedaan? Hal ini disesalkan oleh Ketua Majelis Pimpinan Cabang
Forum Silaturahmi Ta'mir Masjid dan Musholla Indonesia Kota Batam (MPC
FAHMI TAMAMI), Ustaz Basir Daeng Masabbi.
Kepada Tribun Batam,
Minggu (28/8/2011), selepas salat tarawih di Masjid Sirathal Mustakim
Greenland Batam Centre, Ustaz Basir Daeng Masabbi perlu meluruskan akan
masalah ini. Tujuannya supaya umat Islam tidak keliru menyikapi
persoalan yang selalu tidak pernah beres setiap tahunnya. Dia
menjelaskan antara Arab Saudi dengan Indonesia terpaut waktu sekitar 4
jam.
"Arab Saudi dengan Indonesia, khususnya Batam ini terpaut
sekitar 4 jam. Jika di Madinah atau Makkah pukul 6.00 pagi maka di Batam
pukul 10.00 wib dan tidak ada perbedaan hari. Begitu juga dengan negara
paling jauh, misalnya Amerika hanya terpaut sekitar 8 jam dan harinya
saat itu sama. Di Arab Senin maka di Batam juga Senin," tegas Ustaz
Basir Daeng Massabi.
Artinya apa, lanjut dia, jika di Arab Saudi
merayakan Idul Fitri, tentunya di Indonesia juga harus melakukan hal
yang sama. Karena di sini hanya terjadi perbedaan jam dan bukan terjadi
perbedaan hari. Lantas mengapa terjadi perselisihan, jika di Arab Saudi
sudah 1 Syawal tetapi mengapa di Indonesia belum? Menurut dia, umat
Islam harus berkiblat ke Madinah atau Makkah.
"Satu lagi, 1 Syawal
itu hukumnya haram untuk berpuasa. Jika haram maka jelas berdosa,
kemudian siapa yang sudi memikul dosanya?," ujar Ustaz Basir Daeng
Massabi dengan nada tinggi.
Dari kacamata Ustaz Basir Daeng
Masabbi, 1 Syawal merupakan ketetapan Allah sejak zaman 'azali'
berdasarkan 'sunnatullah' yang tidak akan pernah meleset sedikitpun.
Hanya saja, umat Islam terlalu dikotomi. Ingat, kata dia, setiap tahun
masehi umat Islam selalu taat dan tidak pernah pernah berselisih
pendapat tentang 25 Desember atau yang lainnya.
Namun
kenyataannya, sampai sekarang ini umat Islam sendiri lebih takut kepada
'kepentingan' manusia. Yang ada justru tidak takut kepada hukum Allah
itu sendiri. Makanya sering timbul bencana alam atau wabah melanda
negeri ini. Padahal jika ditilik, bulan, bumi, dan matahari hanya ada
satu jumlahnya. Kiblat umat Islam hanya kepada Madinah dan Makkah al
Mukaramah.
Untuk itu perlu disadari bersama, lanjut dia, dari dulu
banyak 'tangan-tangan' yang tidak suka jika umat Islam bersatu. Mereka
selalu ingin mencerai-beraikan keadaan umat Islam. Termasuk mencampuri
hari raya kemenangan atau Idul Fitri itu sendiri. Padahal jika
dirasakan, justru umat Islam itu sendiri yang rugi besar. Maka
seyogianya perlu ketegasan dari para pemimpin.
"Pemimpin kita
harus tegas dan tidak boleh tawar-menawar dalam masalah hukum Islam.
Hukum Islam itu bukan Nabi Muhammad yang membuat, tetapi Allah yang
menentukan. Rasulullah hanya sebagai perantara penyampaian hukum Allah
itu," tegas Ustaz Basir Daeng Masabbi.
Kemudian bagaimana dengan
keadaan umat Islam sekarang ini yang sebentar lagi merayakan Idul Fitri?
Menurut dia, solusi umat Islam harus kembali kepada Makkah dan Madinah.
Artinya, selama bertahun-tahun salat selalu menghadap arah kiblat di
Makkah, tentunya untuk Idul Fitri juga harus mengikuti mereka. Tidak ada
alasan lain kecuali tunduk dan mematuhinya.
"Tidak ada solusi
lain kecuali mengikuti keputusan ulama yang shahih dari Arab Saudi. Kita
harus melakukan hal ini agar selamat di dunia dan akhirat. Sebab mereka
di sana yang selalu kita ikuti," imbuh Ustaz Basir Daeng Masabbi
menguraikan.
Untuk itu, dia mengimbau umat Islam di Batam dan
Kepri untuk melangsungkan Idul Fitri harus mengikuti Arab Saudi. Sebab
Madinah dan Makkah itu sendiri merupakan kiblat (pijakan) yang tidak
bisa ditawar lagi. Tetapi jika umat Islam masih 'ngeyel', maka dia
berlepas tangan. Dalam hal ini, jika Pemerintah salah menetapkan Idul
Fitri, maka Pemerintahlah yang harus memikul dosanya
copas from Yahoo News
Tidak ada komentar:
Posting Komentar